ANALISIS PEMASARAN CABAI RAWIT (Capsicum Frutescens. L) DI DESA BANJAR KECAMATAN TALIWANG KABUPATEN SUMBAWA BARAT
PROPOSAL
INDRA MARDOTAL
PUTRA
NIM : AB.091.019
PROGRAM STUDI
AGRIBISNIS
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
CORDOVA INDONESIA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peningkatan
produksi pertanian selain pangan yaitu horticultura, dimana perkembangan
tanaman horticultura sangat pesat di Kabupaten Sumbawa Barat. Seiring dengan
kebijakan Pemda Kabupaten Sumbawa Barat melalui Dishutbuntan Kabupaten Sumbawa
Barat, mengembangkan tanaman sayuran seperti cabe, tomat, dll. Karena selama
ini produksi sayuran 80% masih di datangkan dari pulau lombok.
Komoditi
sayuran yang dikembangkan di Kabupaten Sumbawa Barat adalah cabe rawit (capsicum
frutescens. L) mempunyai prospek cukup baik karena potensi lahan dan harga cabe
yang cukup baik sehingga menguntungkan petani.
Cabe atau lombok adalah sayuran buah musim yang termasuk dalam anggota genus
capsicum yang banyak diperlukan masyarakat sebagai penyedap rasa masakan (Sunaryo, 2003). Salah satu tanaman cabai yang banyak di
kembangkan di kabupaten Sumbawa Barat adalah cabai rawit (Capsicum frutescens.
L)
Untuk mengurangi ketergantungan produksi dari pulau
lombok peningkatan produksi cabai terus di lakukan melalui kelompok tani dengan
:
1. Penggunaan
benih
unggul hibrida
2. Perbaikan
teknologi budidaya
3. Penanaman
cabai di luar musim yaitu musim hujan
Sementara
luas tanam dan luas panen tanaman cabai rawit di Kabupaten Sumbawa Barat pada
tabel di bawah ini :
Tabel
1. Luas tanam dan luas panen produksi dan produktivitas cabai rawit di
Kabupaten Sumbawa Barat
No.
|
Kecamatan
|
Desa
|
Luas lahan
(Ha)
|
Luas panen
( Ha)
|
Produktivitas
( kg/ Ha )
|
Produksi
( ton )
|
1.
|
Taliwang
|
Banjar
setoto
kuang
|
10
4
3
|
9
3
3
|
1200
1300
1200
|
10,8
3,9
2,4
|
2.
|
Setebek
|
Setebek alas
|
3
|
2,5
|
1000
|
2,5
|
3.
|
Maluk
|
Maluk
|
7
|
6
|
1300
|
9
|
4.
|
Sekongkang
|
Sekongkang
|
4
|
3
|
1200
|
3,6
|
Sumber:
Dishutbuntan KSB (2012).
Tabel 1 menunjukkan bahwa produktivitas sebesar 1200
kg/ Ha dan total produksi sebanyak 32,2 ton. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi tingkat produksi yaitu, penguasaan teknologi budidaya dan modal
usaha tani yang sangat kurang
Meningkatnya produksi yang dihasilkan serta diikuti dengan harga jual produksi
yang baik akan mempengaruhi pendapatan petani cabai, terlebih lagi didukung
oleh sistem pemasaran yang baik.
Oleh karena itu sistem pemasaran yang efisien sangat
dibutuhkan dalam memasarkan komoditi cabai perbedaan jarak antara petani
produsen dengan akhir maupun industri.
Industri yang menggunakan produk cabai mendorong terlibatnya lembaga pemasaran
dalam proses dalam proses pemasaran cabai. Lembaga pemasaran atau pedagang perantara biasanya menawar dengan harga yang
lebih rendah di bandingkan dengan perkiraan mereka akan dibayarkan, sedangkan
petani cabai meminta harga yang lebih tinggi. Untuk memperoleh kesepakatan
harga dilakukan proses tawar menawar antara kedua belah pihak. Keadaan yang
demikian pada umumnya melemahkan kedudukan para petani, karena petani sangat
berkepentingan untuk segera menjual hasil produksinya agar diproleh penghasilan
yang nantinya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya,
sehingga dengan demikian posisi petani seperti ini akan mempengaruhi keuntungan
yang diterima.
1.2. Rumusan Masalah
Dengan
demikian dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan petani cabai,
sebagai bahan baku serta ketersediaan cabai sebagai bahan baku masakan
masyarakat tidak cukup bertumpu pada upaya peningkatan produksi akan tetapi perlu
adanya
pemanfaatan lembaga-lembaga pemasaran yang efektif. Sehingga petani cabai tidak
kesulitan dalam menentukan pasar, termasuk saluran pemasaran agar diproleh
efisiensi pemasaran yang tinggi dimana petani cabai dan lembaga pemasaran dapat
menjual dengan harga dan biaya yang wajar dengan pembagian keuntungan yang
adil.
Berdasarkan
uraian di atas maka perlu untuk dilakukan penelitian dengan judul “Analisis Sistem Pemasaran
Cabai Rawit (Capsicum Frutescens. L)’’ di Desa Banjar Kabupaten Sumbawa Barat.
1.3. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1.
Untuk mengetahui saluran pemasaran yang
dilakukuan dalam pemasaran cabai rawit di Desa Banjar
2.
Untuk mengetahui efisiensi pemasaran
cabai rawit pada berbagai saluran pemasaran di Desa Banjar
1.3.2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini
adalah:
1.
Memberikan informasi tentang sistem
pemasaran cabai rawit di Desa
Banjar sehingga dapat dijadikan acaun bagi peneliti-peneliti yang berminat pada
masalah yang sama.
2.
Dapat dijadikan salah satu pertimbangan
bagi pengambil
keputusan dalam menentukan kebijakan yang berhubungan dengan pemasaran cabai
rawit khususnya di Desa
Banjar.
1.4. Hipotesis
Penelitian
Hipotesis penelitian
ini adalah:
1. Diduga
sistem (saluran) pemasaran cabai rawit di Desa Banjar efisien
2. Diduga
pemasaran cabai
rawit memiliki keuntungan tinggi dan margin pemasaran kecil.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
1.
Tinjauan
umum cabai rawit (Capsicum frutescens .L)
Cabai rawit merupakan jenis tanaman yang tumbuh pada dataran rendah
sampai dataran tinggi ( 200 m dari
permukaan laut ). Cabai rawit dapat beradaptasi dengan baik pada temperatur
24-27 0C dengan kelembaban yang tidak terlalu tinggi. Tanaman cabai
rawit dapat di tanam pada tanah sawah maupun tegalan yang berstruktur gembur, subur, tidak terlalu
liat dan cukup air
Permukaan tanah yang paling ideal adalah datar
dengan sudut kemiringan 0-10 derajat, serta membutuhkan sinar matahari penuh
dan tidak ternaungi, PH tanah yang optimal 5,5 – 7.
Tanaman cabai menghendaki pengairan yang cukup
tetapi apabila jumlahnya berlebihan dapat menyebabkan kelembaban yang tinggi
dan merangsang pertumbuhan jamur dan bakteri, jika
kekurangan air tanaman cabai
rawit akan menjadi kurus,
kerdil, layu dan mati.
Cabai rawit dipanen pada umur 85-90 hari setelah
pindah tanam dengan memetik buah warna kuning sampai warna merah. Tanaman cabai rawit
dapat dipanen setiap 2-5 hari sekali tergantung dari luas penanaman,
ketersediaan tenaga kerja dan kondisi pasar. Pemanenan dilakukan dengan cara
memetik buah serta tangkainya dengan tujuan agar cabe rawit dapat disimpan
lebih lama. Satu musim tanaman cabai rawit dapat dipanen 15 – 20 kali tergantung kesehatan
tanaman.
Kandungan gizi dalam cabai rawit mengandung berbagai
macam senyawa yang berguna bagi tubuh manusia. Kandungan vitamin pada cabe
adalah vitamin A dan C serta mengandung minyak arteri yang rasanya pedas dan
memberi kehangatan bila digunakan sebagai rempah - rempah ( bumbu )
Kandungan gizi cabai rawit segar dalam 100 gram
dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel
2 . kandungan gizi dalam 100 gram cabai rawit segar
No.
|
Kandungan
Gizi
|
Banyaknya
|
1.
|
Energi
|
103
kkal
|
2.
|
Protein
|
4,7
gram
|
3.
|
Lemak
|
2,4
gram
|
4.
|
Karbohidrat
|
19,9
gram
|
5.
|
Kalsium
|
45
mg
|
6.
|
Fosfor
|
85
mg
|
7.
|
Zat
besi
|
3
mg
|
8.
|
Vitamin
A
|
11050
IU
|
9.
|
Vitamin
B
|
0,24
mg
|
10.
|
Vitamin
C
|
70
mg
|
Sumber : Rukmana dan Yuniarsih, 1998
2.
Pasar
Pasar Para ahli ekonomi menyatakan bahwa pasar
mempunyai banyak makna,namun secara prinsipil pasar diartikan sebagai suatu indikasi
yang abstrak terjadinya transaksi antara pembeli dan penjual, baik untuk komoditi maupun jasa (
Rodes 1983 ). Dengan
keabstrakan ini akhirnya terjadi beberapa istilah yang merupakan bagian dari
pasar seperti struktur pasar (suasana),
pasar
kebutuhan, pasar
barang, pasar faktor,
pasar demografis, pasar masa depan atau waktu, pasar pembeli suara, pasar tenaga kerja dan lain –lain. Sedangkan pasar sebagai istilah umum
yang berlaku di masyarakat merupakan bazar tetap ( permanent bazar )
Untuk melihat kondisi pasar lebih banyak ditinjau
dari struktur pasar atau lebih sering dengan istilah model pasar. Struktur
pasar menurut Rhodes ( 1983 ) dinyatakan sebagai sifat – sifat pasar yang menunjukan
pengaruh perbedaan dan intraksi antara pembeli dan penjual. Unsur
– unsur dasar sebagai penyusun
struktur pasar yang terpenting adalah sebagai berikut : ( 1 ) jumlah dan ukuran
relatif penjual dan pembeli ( 2 ) derajat perbedaan produk ( 3 ) derajat
kesulitan pembeli dan penjual masuk dan keluar sistem.
Sedangkan model pasar terdiri dari ( a ) pasar
bersaing sempurna ( b ) pasar bersaing monopoli ( c ) pasar bersaing monopsoni
( d ) pasar bersaing oligopoli dan ( e )
pasar bersaing oligopsoni.
Menurut Mubyarto ( 1986 ) secara umum
pasar terbagi atas tiga model pasar yaitu pasar bersaing sempurna, pasar
bersaing oligopoli, dan pasar bersaing monopoli. Pengetahuan terhadap struktur pasar
ini umumnya digunakan sebagai strategi untuk mengembangkan produk dan usaha,
walaupun pada kenyataan dilapangan model pasar secara utuh tidak ditemukan. Model pasar yang ada dilapangan
biasanya terdiri dari bauran dari beberapa pasar.
3.
Tinjauan
Umum Pemasaran
Ditinjau
dari segi ekonomi, pemasaran adalah tindakan yang
produktif,
menghasilkan pembentukan kegunaan (utility) yaitu kegunaan waktu, tempat, hak milik, dan bentuk sehingga dapat
mempertinggi nilai kegunaan bagi konsumen yang mengadakan permintaan atas
sesuatu barang tertentu ( Saefuddin ,1985 )
Pemasaran
adalah salah satu dari kegiatan yang dilakukan oleh para pengusaha dalam
usahanya dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang dan mendapat laba. Keberhasilan
dalam pencapaian tujuan tergantung pada keahlian dibidang pemasaran( swasta
1985 )
Pemasaran
menurut Winardi ( 1981 ) adalah merupakan tindakan yang menyebabkan
berpindahnya hak milik atas barang atau jasa dan menimbulkan distribusi fisik
dari barang atau jasa tersebut. Dan
pemasaran berada diantara produsen dan konsumen, produksi
dan konsumsi, permintaan
dan penawaran, berarti
pemasaran menjadi penghubung antara dua faktor diatas. Pemasaran dapat menapsirkan
permintaan konsumen dan kemampuan produsen dalam menyediakan barang. Sehingga
pemasaran lebih jauh meliputi aspek fisik dan mental . Mental dalam artian bahwa
benda-benda harus dipindahkan ketempat – tempat dimana dibutuhkan pada
waktunya.
Nitisemito
( 1981 ) menyatakan pemasaran adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar arus
barang dan jasa dari produsen
kekonsumen
secara paling efisien dengan maksud menciptakan permintaan efektif.
Definisi
pemasaran secara umum diberikan oleh American Marketing Association dalam
University of Wollongong
( 1990 ) adalah pemasaran merupakan proses perencanaan dan penentuan suatu
konsep harga, promosi dan distribusi pemikiran atau ide, barang dan jasa untuk menghasilkan
pertukaran perluasan individu dan kelompok secara objektif. Pemasaran
ini mencakup ( 1 ) menemukan pembeli dan
pemindahan hak milik ( 2 ) perakitan dan penyimpanan ( 3 ) pemilihan ,
pembungkusan dan pengolahan ( 4 ) penyediaan modal untuk pemasaran dan
pertanggung resiko dan ( 5 ) pendekatan kekonsumen. Sedangkan perusahaan pemasaran dan
pemberi jasa pemasaran ini dapat dibentuk oleh individu, perusahaan milik negara, perusahaan
swasta dan koperasi.
4.
Sistem Pemasaran Dalam Pertanian
Kohl
dan Donwney dan Azzaino ( 1981 ) mendefinisikan tataniaga atau pemasaran
pertanian sebagai suatu keragaan (
perpormance ) semua usaha yang mencakup kegiatan arus barang dan jasa mulai
dari titik usahatani sampai ditangan konsumen akhir.
Ada
hubungan dan interaksi yang positif antara tujuan pembangunan ekonomi yang
hendak dicapai suatu negara dengan keragaan ( performance ) sistem pemasaran
yang berlaku dalam kegiatan pembangunan tersebut. Sistem pemasaran yang
dimaksud adalah sistem pemasaran yang produktif dan efisien pada penggunaan
sumberdaya yang efisien dalam proses penciptaan kegunaan tempat dalam
pergerakan barang – barang dan jasa dari titik produsen ketitik konsumen. Dalam
rangka proses penciptaan kegunaan itu pembentukan harga barang dan jasa bekerja
sebagai fungsi pengalokasian sumber daya. Pembentukan modal serta distribusi
pendapatan antara lembaga pemasaran (Azzaino, 1981).
5.
Saluran dan Lembaga Pemasaran
Peranan pemasaran dalam setiap gerak usaha dalam
memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar diperlukan peningkatannya. Kegiatan pemasaran akan dapat
diberikan nilai tambah pada
setiap barang yang dihasilkan. Dalam fungsi bisnis permasalahan
mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan yang belum dipenuhi sekarang dan
mengukur berapa besarnya, menentukan
berbagai produk, jasa
dan program yang tepat melayani pasar tersebut. Jadi pemasaran berperan sebagai
penghubung antara kebutuhan – kebutuhan dengan pola jawaban dari industri yang
bersangkutan.
Kegiatan pemasaran
produksi pertanian mengikuti beberapa proses seperti pengumpulan pengembangan
dan penyebaran. Untuk memperlancar penyampaian barang dari produsen ke
konsumen, peran
lembaga pemasaran adalah sangat penting.
Lembaga
permasaran adalah organisasi
yang turut dalam proses pemasaran mulai dari produsen sampai konsumen akhir (
Kartasapoetra 1986 )
Saluran pemasaran adalah rantai pengaliran produk
dan hak milik dari produsen ke konsumen,
bentuknya
dapat sederhana, dapat
pula kompleks sekali tergantung dari macam komoditas dan sistem pasar serta
orang atau badan yang menyelenggarakan pengaliran barang dan jasa melalui
saluran pemasaran ( Soekartawi 1987 )
Penyaluran hasil produksi cabai hampir serupa dengan penyaluran
pertaniaan yang lain. Secara fisik penyaluran itu dibagi dalam tiga cara yaitu
( Swasta 1979 ) :
a. Penyaluran
langsung
Pada sistem ini produk
cabai rawit tidak melalui pedagang
perantara.
Pengusaha produsen
cabai rawit langsung menjual hasil produksi cabai rawit
kepada konsumen.
Pengusaha
produsen konsumen
b.
Penyaluran semi langsung
Pengusaha
produsen cabai rawit
menyalurkan hasil produksinya kepada pedagang eceran. Disini sudah terlihat
peranan pengusaha perantara (pedagang
eceran). Pengusaha
produsen pedagang pengecer
konsumen
c. Penyaluran
tidak langsung
Pada sistem ini sudah
banyak jenis pengusaha perantara yang berperan. Cara penyalurannya tergantung dari jenis dan sifat
serta sasaran pemasaran cabai rawit itu. Semakin jauh jarak konsumen akan
semakin panjang dan rumit jalur tata niaga yang harus dilalui.
1.
Pengusaha
produsen pedagang
pengumpul
pedagang
besar pedagang
pengecer konsumen
2.
Pengusaha
produsen cabang super
market super marketing konsumen.
3.
Pengusaha
produsen pedagang
pengumpul pasar khusus konsumen.
Lembaga pemasaran dapat dibedakan menjadi beberapa
jenis berdasarkan tahapan dan dalam proses pemasaran yaitu ( kartasapoetra 1986 ):
1. Pedagang
pengumpul yaitu pedagang yang membeli hasil-hasil pertanian dari petani / produsen, kemudian hasil- hasil itu
dikumpulkan pada satu tempat atau beberapa tempat dijual kepada pedagang lain.
2. Pedagang
menerima dan menyebar yaitu pedagang yang membeli barang dalam jumlah besar
dari pedagang - pedagang pengumpul, kemudian barang
itu disimpan untuk kemudian dijual kepada pedagang pengecer disebut pedagang
penyebar. Sedangkan
mereka yang tidak langsung menjual
kepada pedagang pengecer disebut pedagang penerima.
Selain pedagang
– pedagang tersebut diatas, masih
dijumpai beberapa jenis pedagang perantara antara lain seperti ( Kartasapoetra.
1986 )
1. Makelar,
yaitu pedagang perantara yang dapat menghubungkan pembeli dan penjual
2. Komisioner
yaitu pedagang perantara yang diberi kepercayaan untuk menjual atau membeli
suatu barang dari suatu usaha
3. Pelelang yaitu pedagang perantara
yang menyediakan tempat dan kesempatan bagi pembeli dan penjual
4. Pedler yaitu pedagang keliling.
6.
Biaya dan Keuntungan (Share) Petani
Biaya pemasaran adalah semua biaya yang dikeluarkan
untuk keperluan pemasaran. Tinggi
biaya pemasaran dan pengaruh terhadap harga eceran (harga
konsumen dan harga pada
tingkat produsen sehingga akan berpengaruh pada keuntungan yang diterima oleh
lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran ) ( Saefuddin 1985 ).
Biaya
pemasaran dapat diperkecil dengan cara (
Saefuddin
1985 )
1.
Mengoptimumkan jumlah lembaga pemasaran
yang menyelenggarakan fungsi -
fungsi pemasaran
2.
Memeperbaiki cara kerja dari tiap
lembaga pemasaran, misalnya
self service dan iklan yang baik
3.
Menyederhanakan suatu barang.
Keuntungan
( share ) petani adalah selisih antara harga penjualan dengan biaya
pemasaran. Bila nilai penjualan tinggi dengan biaya pemasaran rendah, maka
keuntungan ( share ) petani akan tinggi,
demikian
pula sebaliknya.
Usaha perbaikan pemasaran dan
keuntungan ( share ) petani, akan dapat memperkecil margin
pemasaran sehingga dapat mempertinggi efisiensi
pemasaran ( Saefuddin 1985 )
7.
Margin Pemasaran
Margin pemasaran adalah perbedaan harga
yang diterima petani untuk suatu komoditas tertentu dengan harga yang dibayar
oleh konsumen akhir pada jumlah yang sama. Margin pemasaran juga dapat
diperoleh dari penjumlahan seluruh biaya
pemasaran yang dikeluarkan dengan keuntungan yang diperoleh ( Limbong dan
Sitorus 1987 )
Margin pemasaraan meliputi semua biaya dan
keuntungan pemasaran yang menggerakkan produk mulai dari petani sampai konsumen
akhir. Margin pemasaran dapat diperkecil
dengan cara mengurangi biaya pemasaran dan keuntungan yang berlebihan (
Saefuddin 1981 ).
Keuntungan lembaga pemasaran sering dikatakan
sebagai unsur pokok yang menyebabkan tingginya margin pemasaran yaitu sebagai
akibat terlalu banyak dan tidak efisiennya pedagang perantara didalam saluran
pemasaran yang ada.
Sifat umum margin pemasaran adalah
sebagai berikut ( Azzaino 1981 ) :
1.
Margin pemasaran berbeda - beda
antara satu komoditi hasil pertanian
dengan komoditi lainnya
2.
Margin pemasaran produk pertanian
cenderung naik pada jangka panjang dengan menurunnya bagian harga yang diterima
petani
3.
Margin pemasaran relatif setabil pada
jangka pendek terutama hubungannya dengan fluktuasi harga produk pertanian.
8.
Efisiensi Pemasaran
Efisiensi
pemasaran adalah perjalanan produksi dari produsen serta mata rantai dalam
lembaga pemasaran kepada konsumen dengan harga yang wajar tanpa merugikan
kepentingan berbagai pihak yang ikut dalam kegiatan pemasaran ( Nitisemito,
1981 )
Mubyarto
( 1986 ) mengatakan bahwa suatu pemasaran akan efisien apabila memenuhi dua
sarat yaitu ;
1. Mampu
menyampaikan hasil - hasil dari produsen ke konsumen
akhir dengan biaya serendah - rendahnya
2. Mampu
membagi hasil yang adil dari keseluruhan harga yang dibayarkan konsumen akhir
kepada semua pihak yang terlibat didalam kegiatan produksi dan tataniaga
tersebut.
Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya efisiensi pemasaran (Kartasapoetra et al, 1986):
1.
Persentase kerusakan atau penyusutan
yang tinggi dalam proses pemasaran
2. Sistem
informasi yang belum memadai, sehingga
pengelolaan pemasaran belum dapat dilakukan dengan baik.
3. Sifat
pasar yang oligopsoni, sehingga
harga diatur oleh sebagian kecil pedagang besar
4. Sistem
standarisasi yang belum berkembang, sehingga akan dapat menyulitkan transaksi
dan menimbulkan biaya yang cukup besar.
5. Biaya
angkutan yang tinggi, terutama antar pulau juga dirasa sulit dan mahal sehingga wilayah pemasaran menjadi
sangat terbatas.
Efisien
atau tidaknya suatu pemasaran dapat diketahui dari besarnya harga yang
dikeluarkan pada setiap saluran pemasaran dan mata rantai pemasaran, serta
besarnya keuntungan yang diambil oleh setiap lembaga pemasaran dalam mata
rantai pemasaran. Semakin panjang mata rantai pemasaran atau semakin banyak
saluran yang diterima oleh masing
- masing lembaga pemasaran akan
berbeda sesuai dengan biaya yang dikenakan. Akibatnya keuntungan yang diperoleh
pada setiap lembaga pemasaran menjadi tidak sama ( Nitisemito,1981 )
Rosmilawati dan hayati ( 1996 )
menemukan beberapa alternatif saluran pemasaran beberapa jenis sayuran dataran
rendah di Pulau Lombok sebagai berikut:
Saluran
I : petani – pedagang pengumpul –
pedagang pengecer – konsdumen
Saluran
II : petani – pedagang pengumpul – pengecer
– konsumen
Saluran
III : petani – pedagang besar – pengecer – konsumen
Saluran
IV : petani – pengencer – konsumen
Saluran
V : petani – pedagang pengumpul –
pedagang antar pulau
Dari kelima alternatif saluran pemasaran
diatas, ternyata saluran pemasaran yang
paling efisien untuk komoditas tomat
dan kacang adalah saluran pemasaran III sedangkan untuk pemasaran bawang merah
dan cabai rawit saluran
yang paling efisien adalah saluran II. Hasil penilitian tersebut juga
menyimpulkan bahwa semakin panjang saluran distribusi sayuran dataran rendah
maka bagian harga yang diterima petani semakin kecil. Perubahan harga 1 % pada
tingkat pengecer hanya akan menyebabkan perubahan harga sebesar 0, 7189 % pada
tingkat petani.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif analitik yaitu suatu metode yang bertujuan untuk memecahkan
masalah yang ada pada waktu sekarang dengan cara mengumpulkan data, menyusun,
mengelola, menganalisa, mendeskripsikan dan menarik kesimpulan (Surakhmad,
1990).
2.
Unit Analisis
Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah petani yang mengusahakan budidaya cabe rawit yang berada di Desa Banjar
Kecamatan Taliwang.
3.
Penentuan Sampel
3.1. Penentuan Daerah Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Banjar Kecamatan
Taliwang dengan mengambil 2 lokasi yaitu Dusun Pelam Lagi dan Banjar. Penentuan lokasi penelitian tersebut
dilakukan secara purposive sampling
atas dasar bahwa Dusun
Pelam
Lagi
dan Dusun
Banjar
memiliki areal panen dan produksi cabai rawit lebih besar dibanding 2 dusun lainnya
di Desa
Banjar. Penelitian
dilakukan selama dua bulan yaitu bulan April sampai bulan Mei 2013
3.2.
Penentuan
Jumlah Responden
Responden dalam penelitian ini adalah
petani yang menanam cabai rawit di Desa
Banjar yaitu Dusun
Pelam
Lagi dan Dusun
Banjar,
jumlah petani responden 20 orang (80%)
secara Quota sampling dari jumlah petani cabai
yang ada di Desa
Banjar sebanyak 25 orang,
selanjutnya penentuan responden lembaga pemasaran setelah produksi ( pedagang
pengumpul, pedagang pengecer dan konsumen ) yang dilakukan dengan metode “ Snowball Sampling “ yaitu menelusuri langsung
lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran cabai rawit. Untuk lebih
jelasnya dilihat pada bagan I berikut:
Desa Banjar
|
Dusun Pelam lagi
|
Dusun Banjar
|
N = 10
|
N = 20
|
N = 10
|
4.
Gambar 1. Skema penentuan daerah penelitian dan
petani responden
5.
Jenis dan Sumber Data
5.1. Jenis
Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif adalah data dalam bentuk
angka-angka seperti harga cabai, jumlah produksi cabai rawit dan lain-lain.
Sedangkan data kualitatif data bukan dalam bentuk angka seperti saluran
pemasaran cabai rawit, lembaga pemasaran cabai rawit.
5.2.
Sumber Data
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
data primer dan data sekunder, data
primer yaitu data yang diperoleh dari petani sebagai produsen, pedagang yang
terlibat dan konsumen dengan wawancara berdasarkan daftar pertanyaan yang disiapkan.
Data skunder yaitu data yang di peroleh dari
institusi yaang berhubungan dengan penelitian ini ( Kantor Desa Banjar, BPP
Taliwang, BPS
KSB, DISHUTBUNTAN KSB dan lain- lain )
6.
Variabel dan Cara Pengukurannya
Pengamatan dilakukan terhadap petani yang
berusahatani cabai kecamatan Taliwang Desa Banjar yaitu Dusun Banjar dan Dusun
Pelam Lagi
yang meliputi wawancara langsung dengan responden. Beberapa variabel yang diukur dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Jumlah
produksi adalah besarnya hasil produksi cabai yang dijual oleh petani produsen, dinyatakan dalam satuan kilogram
2. Biaya
pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses pemasaran cabai dari petani produsen sampai ke
konsumen akhir dinyatakan dalam satuan rupiah / kilogram
3. Harga
jual adalah harga cabai pada tingkat produsen dan lembaga pemasaran yang
melaksanakan kegiatan penjualan cabai dinyatakan dalam satuan rupiah.
4. Harga
beli adalah harga cabai pada tingkat konsumen akhir dan lembaga pemasaran yang
melakukan pembelian cabai dinyatakan
dalam Rp/ Kg
5. Keuntungan
pemasaran adalah keuntungan yang diperoleh dari kegiatan pemasaran
6. Saluran
pemasaran adalah mata rantai pemasaran yang ditempuh dalam upaya memindahkan
produk dari produsen ke konsumen
7. Margin Pemasaran adalah perbedaan harga ditingkat
produsen dengan harga ditingkat konsumen pada produk yang sama dinyatakan
dengan rupiah.
7.
Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik survey yaitu
wawancara langsung dengan responden didaerah penelitian dengan berpedoman pada
daftar pertanyaan. Data yang akan dikumpulkan disusun, diolah dan dianalisis
adalah tentang pemasaran cabai rawit di Desa Banjar Kecamatan Taliwang
Kabupaten Sumbawa Barat.
8.
Analisis Data
1. Analisis
saluran pemasaran
Untuk mengetahui gambaran mengenai
saluran pemasaran cabai di Desa Banjar yaitu dengan menelusuri
lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran komoditi cabai mulai
dari tingkat petani produsen sampai pada konsumen akhir.
2. Analisis
Efisiensi Pemasaran
Untuk
mengukur efisiensi pemasaran cabai pada beberapa saluran pemasaran cabai di Desa Banjar digunakan dua indikator
yaitu : margin pemasaran dan share petani ( keuntungan ) kedua indikator tersebut
dapat diukur dengan rumus sebagai berikut :
a. Margin
pemasaran adalah merupakan selisih harga jual ditingkat produsen dengan harga
yang dibayar oleh konsumen akhir.
Untuk menghitung
besarnya margin pemasaran cabai
rawit
di Kecamatan
Taliwang, digunakan rumus sebagai berikut ( Azzaino , 1981 ) :
Mp = Pr – Pf atau Mp = ∑ ci + ∑
πi
Keterangan :
MP
= margin pemasaran
Pr = harga ditingkat konsumen
Pf = harga ditingkat petani
C = biaya
π = keuntungan
jika semakin kecil margin
pemasaran, maka saluran pemasaran dikatakan efisien.
b. Share
petani adalah selisih antara harga penjualan dengan biaya pemasaran
Besarnya
share harga yang diterima petani
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Dimana :
Pf = Harga ditingkat Petani
Pr = Harga ditingkat konsumen
X = Share harga yang
diterima petani
Jika share yang diterima petani ≤
100% maka saluran pemasaran dikatakan efisien.
DAFTAR
PUSTAKA
Azzaino,
z, 1981. Pengantar Tataniaga Pertanian. Departemen ilmu-ilmu Sosial
Ekonomi Fakultas Pertanian IPB.
Bogor.220-221h.
BPP
Taliwang 2013 Program Penyuluhan Kec.Taliwang.Taliwang
Kartasapoetra,
G , Kartasapoetra, A,G,Kartasapoetra,R,G,1986.Marketing Produk- Produk
pertanian Dan Industri. Bina Aksara. Jakarata. 430 h.
Limbong,W,H,
dan Sitorus, P, 1987.Pengantar Tataniaga Pertanian. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial
Ekonomi Pertanian. IPB.Bogor.183 h.
Mubyarto,1986.
Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta
Nitisemito,A,S,1981.
Marketing.Ghalia Indonesia. Jakarta. 234- 238 h.
Purwoto
A,R.Sayuti, dan D.M.Arsjad,1993.Persepektif Pengembangan agribisnis Dalam
T. Sudaryanto. Pengembangan Agribisnis Cabai Di Indonesia.Pusat Penelitian
Sosial Ekonomi Pertanian.Bogor.
Rahmat
Rukmana, dan Yuyun Yuniarsih,1998 Budidaya Cabai dan Pascapanen.Penerbit
Kanisius
Rosmilawati
dan Hayati,1996. Kajian Sistem Pemasaran Berbagai Sayuran Dataran Rendah Di
Pulau Lombok. Dalam journal AGROTEKSOS Volume 6 nomor 1, Edisi April 1996.Fakultas
Pertanian Universitas Mataram.
Swasta,B,1979.Saluran
Pemasaran.Fakultas Ekonomi.Universitas Gajah Mada Yogyakarta.Yogyakarta. 143 h.
Saefuddin,A,M.,1981.Metode
Analisis Pemasaran Komoditi Pertanian.Dalam Majalah Pertanian.No.3.Tahun 1981 /
1982. Departemen Pertanian.jakarta.
,A.M.,1985.Tataniaga
Pertanian.IPB.Bogor.
Simanjuntak,P,J,1985.
Pengantar Ekonomi dan sumber Daya Manusia. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
.UI.Jakarta.135 h
.Sumarno,Darman
M. Arsjad, Rodiah dan Ono Sutrisno,1986. Cabai Variates Unggul Baru Untuk
Tegalan dan Bekas Sawah, Dalam Buletin Penelitian No 3. Balitbangtan Pangan
Bogor.
Soekartawi,1987.Seuntai
Usahatani Indonesia.Rajawali.Jakarta.1988. Prinsip dasar Komunikasi Pertanian.UniversitaIndonesia.Press.Jakarta.113
h.
Winardi
, 1980.Azas- azas Marketing. Penerbit Alumni. Bandung.464 h.
http:// zaythecllas.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar