Selasa, 04 November 2014

SKRIPSI ANALISIS PEMASARAN CABAI RAWIT (Capsicum Frutescens. L) DI DESA BANJAR KECAMATAN TALIWANG KABUPATEN SUMBAWA BARAT




ANALISIS PEMASARAN CABAI  RAWIT (Capsicum  Frutescens. L) DI DESA BANJAR KECAMATAN TALIWANG KABUPATEN SUMBAWA BARAT


PROPOSAL



INDRA MARDOTAL PUTRA
NIM : AB.091.019






PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS CORDOVA INDONESIA
2013




BAB I

PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Peningkatan produksi pertanian selain pangan yaitu horticultura, dimana perkembangan tanaman horticultura sangat pesat di Kabupaten Sumbawa Barat. Seiring dengan kebijakan Pemda Kabupaten Sumbawa Barat melalui Dishutbuntan Kabupaten Sumbawa Barat, mengembangkan tanaman sayuran seperti cabe, tomat, dll. Karena selama ini produksi sayuran 80% masih di datangkan dari pulau lombok.
Komoditi  sayuran yang dikembangkan di Kabupaten Sumbawa Barat adalah cabe rawit (capsicum frutescens. L) mempunyai prospek cukup baik karena potensi lahan dan harga cabe yang cukup baik sehingga menguntungkan petani.
Cabe atau lombok adalah sayuran buah musim yang termasuk dalam anggota genus capsicum yang banyak diperlukan masyarakat sebagai penyedap rasa masakan (Sunaryo, 2003). Salah satu tanaman cabai yang banyak di kembangkan di kabupaten Sumbawa Barat adalah cabai rawit (Capsicum frutescens. L)
Untuk mengurangi ketergantungan produksi dari pulau lombok peningkatan produksi cabai terus di lakukan melalui kelompok tani dengan :
1.      Penggunaan benih unggul hibrida
2.      Perbaikan teknologi budidaya
3.      Penanaman cabai di luar musim yaitu musim hujan
        
                                                      
Sementara luas tanam dan luas panen tanaman cabai rawit di Kabupaten Sumbawa Barat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1. Luas tanam dan luas panen produksi dan produktivitas cabai rawit di Kabupaten Sumbawa Barat

No.

Kecamatan

Desa

Luas lahan (Ha)

Luas panen
( Ha)

Produktivitas
( kg/ Ha )

Produksi
( ton )
1.

Taliwang
Banjar
setoto
kuang
10
4
3
9
3
3
1200
1300
1200
10,8
3,9
2,4
2.
Setebek
Setebek alas

3
2,5

1000
2,5
3.
Maluk
Maluk

7
6
1300
9
4.
Sekongkang
Sekongkang

4
3
1200
3,6
Sumber: Dishutbuntan KSB (2012).
Tabel 1 menunjukkan bahwa produktivitas sebesar 1200 kg/ Ha dan total produksi sebanyak 32,2 ton. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat produksi yaitu, penguasaan teknologi budidaya dan modal usaha tani yang sangat kurang
Meningkatnya produksi yang dihasilkan serta diikuti dengan harga jual produksi yang baik akan mempengaruhi pendapatan petani cabai, terlebih lagi didukung oleh sistem pemasaran yang baik.
Oleh karena itu sistem pemasaran yang efisien sangat dibutuhkan dalam memasarkan komoditi cabai perbedaan jarak antara petani produsen  dengan akhir maupun industri. Industri yang menggunakan produk cabai mendorong terlibatnya lembaga pemasaran dalam proses dalam proses pemasaran cabai. Lembaga pemasaran atau pedagang  perantara biasanya menawar dengan harga yang lebih rendah di bandingkan dengan perkiraan mereka akan dibayarkan, sedangkan petani cabai meminta harga yang lebih tinggi. Untuk memperoleh kesepakatan harga dilakukan proses tawar menawar antara kedua belah pihak. Keadaan yang demikian pada umumnya melemahkan kedudukan para petani, karena petani sangat berkepentingan untuk segera menjual hasil produksinya agar diproleh penghasilan yang nantinya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, sehingga dengan demikian posisi petani seperti ini akan mempengaruhi keuntungan yang diterima.
1.2.  Rumusan Masalah
Dengan demikian dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan petani cabai, sebagai bahan baku serta ketersediaan cabai sebagai bahan baku masakan masyarakat tidak cukup bertumpu pada upaya peningkatan produksi akan tetapi perlu adanya pemanfaatan lembaga-lembaga pemasaran yang efektif. Sehingga petani cabai tidak kesulitan dalam menentukan pasar, termasuk saluran pemasaran agar diproleh efisiensi pemasaran yang tinggi dimana petani cabai dan lembaga pemasaran dapat menjual dengan harga dan biaya yang wajar dengan pembagian keuntungan yang adil.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu untuk dilakukan penelitian dengan judul “Analisis Sistem Pemasaran Cabai Rawit (Capsicum Frutescens. L)’’ di Desa Banjar Kabupaten Sumbawa Barat.




1.3.  Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
          Penelitian ini bertujuan untuk:
1.    Untuk mengetahui saluran pemasaran yang dilakukuan dalam pemasaran cabai rawit di Desa Banjar
2.    Untuk mengetahui efisiensi pemasaran cabai rawit pada berbagai saluran pemasaran di Desa Banjar
1.3.2. Kegunaan Penelitian
     Kegunaan penelitian ini adalah:
1.      Memberikan informasi tentang sistem pemasaran cabai rawit di Desa Banjar sehingga dapat dijadikan acaun bagi peneliti-peneliti yang berminat pada masalah yang sama.
2.      Dapat dijadikan salah satu pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam menentukan kebijakan yang berhubungan dengan pemasaran cabai rawit khususnya di Desa Banjar.
1.4.   Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah:
1.    Diduga sistem (saluran) pemasaran cabai rawit di Desa Banjar efisien
2.    Diduga pemasaran cabai rawit memiliki keuntungan tinggi dan margin pemasaran kecil.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
                                                                                                 
1.    Tinjauan umum cabai rawit (Capsicum frutescens .L)
Cabai rawit merupakan jenis tanaman yang tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi ( 200 m  dari permukaan laut ). Cabai rawit dapat beradaptasi dengan baik pada temperatur 24-27 0C dengan kelembaban yang tidak terlalu tinggi. Tanaman cabai rawit dapat di tanam pada tanah sawah maupun tegalan yang berstruktur gembur, subur, tidak terlalu liat dan cukup air
Permukaan tanah yang paling ideal adalah datar dengan sudut kemiringan 0-10 derajat, serta membutuhkan sinar matahari penuh dan tidak ternaungi, PH tanah yang optimal 5,5 – 7.
Tanaman cabai menghendaki pengairan yang cukup tetapi apabila jumlahnya berlebihan dapat menyebabkan kelembaban yang tinggi dan merangsang pertumbuhan jamur dan bakteri, jika kekurangan air tanaman cabai rawit akan menjadi  kurus, kerdil, layu dan mati.
Cabai rawit dipanen pada umur 85-90 hari setelah pindah tanam dengan memetik buah warna kuning sampai warna merah. Tanaman cabai rawit dapat dipanen setiap 2-5 hari sekali tergantung dari luas penanaman, ketersediaan tenaga kerja dan kondisi pasar. Pemanenan dilakukan dengan cara memetik buah serta tangkainya dengan tujuan agar cabe rawit dapat disimpan lebih lama. Satu musim tanaman cabai rawit dapat dipanen 15 – 20 kali tergantung kesehatan tanaman.
Kandungan gizi dalam cabai rawit mengandung berbagai macam senyawa yang berguna bagi tubuh manusia. Kandungan vitamin pada cabe adalah vitamin A dan C serta mengandung minyak arteri yang rasanya pedas dan memberi kehangatan bila digunakan sebagai rempah - rempah ( bumbu )
Kandungan gizi cabai rawit segar dalam 100 gram dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 2 . kandungan gizi dalam 100 gram cabai rawit segar

No.

Kandungan Gizi

Banyaknya
1.
Energi
103 kkal
2.
Protein
4,7 gram
3.
Lemak
2,4 gram
4.
Karbohidrat
19,9 gram
5.
Kalsium
45 mg
6.
Fosfor
85 mg
7.
Zat besi
3 mg
8.
Vitamin A
11050 IU
9.
Vitamin B
0,24 mg
10.
Vitamin C
70 mg
           Sumber : Rukmana dan Yuniarsih, 1998
2.    Pasar
Pasar Para ahli ekonomi menyatakan bahwa pasar mempunyai banyak makna,namun secara prinsipil pasar diartikan sebagai suatu indikasi yang abstrak terjadinya transaksi antara pembeli dan penjual, baik untuk komoditi maupun jasa ( Rodes 1983 ). Dengan keabstrakan ini akhirnya terjadi beberapa istilah yang merupakan bagian dari pasar seperti struktur pasar (suasana), pasar kebutuhan, pasar barang, pasar  faktor, pasar demografis, pasar masa depan atau waktu, pasar pembeli suara, pasar tenaga kerja dan lain –lain. Sedangkan pasar sebagai istilah umum yang berlaku di masyarakat merupakan bazar tetap ( permanent bazar )
Untuk melihat kondisi pasar lebih banyak ditinjau dari struktur pasar atau lebih sering dengan istilah  model pasar. Struktur pasar menurut Rhodes ( 1983 ) dinyatakan sebagai sifat – sifat pasar yang menunjukan pengaruh perbedaan dan intraksi antara pembeli dan penjual. Unsur – unsur dasar sebagai penyusun struktur pasar yang terpenting adalah sebagai berikut : ( 1 ) jumlah dan ukuran relatif penjual dan pembeli ( 2 ) derajat perbedaan produk ( 3 ) derajat kesulitan pembeli dan penjual masuk dan keluar sistem.
Sedangkan model pasar terdiri dari ( a ) pasar bersaing sempurna ( b ) pasar bersaing monopoli ( c ) pasar bersaing monopsoni ( d ) pasar bersaing oligopoli  dan ( e ) pasar bersaing oligopsoni.
Menurut Mubyarto ( 1986 ) secara umum pasar terbagi atas tiga model pasar yaitu pasar bersaing sempurna, pasar bersaing oligopoli, dan  pasar bersaing monopoli. Pengetahuan terhadap struktur pasar ini umumnya digunakan sebagai strategi untuk mengembangkan produk dan usaha, walaupun pada kenyataan dilapangan model pasar secara utuh tidak ditemukan. Model pasar yang ada dilapangan biasanya terdiri dari bauran dari beberapa pasar.


3.    Tinjauan Umum Pemasaran
Ditinjau dari segi  ekonomi, pemasaran adalah tindakan yang produktif, menghasilkan pembentukan kegunaan (utility) yaitu kegunaan waktu, tempat, hak milik, dan bentuk sehingga dapat mempertinggi nilai kegunaan bagi konsumen yang mengadakan permintaan atas sesuatu barang tertentu ( Saefuddin ,1985 )
Pemasaran adalah salah satu dari kegiatan yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang dan mendapat laba. Keberhasilan dalam pencapaian tujuan tergantung pada keahlian dibidang pemasaran( swasta 1985 )
Pemasaran menurut Winardi ( 1981 ) adalah merupakan tindakan yang menyebabkan berpindahnya hak milik atas barang atau jasa dan menimbulkan distribusi fisik dari barang atau jasa tersebut. Dan pemasaran berada diantara produsen dan konsumen, produksi dan konsumsi, permintaan dan penawaran, berarti pemasaran menjadi penghubung antara dua faktor diatas. Pemasaran dapat menapsirkan permintaan konsumen dan kemampuan produsen dalam menyediakan barang. Sehingga pemasaran lebih jauh meliputi aspek fisik dan mental . Mental dalam artian bahwa benda-benda harus dipindahkan ketempat – tempat dimana dibutuhkan pada waktunya.
Nitisemito ( 1981 ) menyatakan pemasaran adalah suatu kegiatan   yang bertujuan untuk memperlancar arus barang dan jasa dari produsen kekonsumen secara paling efisien dengan maksud menciptakan permintaan efektif.
Definisi pemasaran secara umum diberikan oleh American Marketing Association dalam University of Wollongong ( 1990 ) adalah pemasaran merupakan proses perencanaan dan penentuan suatu konsep harga, promosi dan distribusi pemikiran atau ide, barang dan jasa untuk menghasilkan pertukaran perluasan individu dan kelompok secara objektif. Pemasaran ini mencakup  ( 1 ) menemukan pembeli dan pemindahan hak milik ( 2 ) perakitan dan penyimpanan ( 3 ) pemilihan , pembungkusan dan pengolahan ( 4 ) penyediaan modal untuk pemasaran dan pertanggung resiko dan ( 5 ) pendekatan kekonsumen. Sedangkan perusahaan pemasaran dan pemberi jasa pemasaran ini dapat dibentuk oleh individu, perusahaan milik negara, perusahaan swasta dan koperasi.
4.    Sistem Pemasaran Dalam Pertanian
Kohl dan Donwney dan Azzaino ( 1981 ) mendefinisikan tataniaga atau pemasaran pertanian sebagai suatu keragaan  ( perpormance ) semua usaha yang mencakup kegiatan arus barang dan jasa mulai dari titik usahatani sampai ditangan konsumen akhir.
Ada hubungan dan interaksi yang positif antara tujuan pembangunan ekonomi yang hendak dicapai suatu negara dengan keragaan ( performance ) sistem pemasaran yang berlaku dalam kegiatan pembangunan tersebut. Sistem pemasaran yang dimaksud adalah sistem pemasaran yang produktif dan efisien pada penggunaan sumberdaya yang efisien dalam proses penciptaan kegunaan tempat dalam pergerakan barang – barang dan jasa dari titik produsen ketitik konsumen. Dalam rangka proses penciptaan kegunaan itu pembentukan harga barang dan jasa bekerja sebagai fungsi pengalokasian sumber daya. Pembentukan modal serta distribusi pendapatan antara lembaga pemasaran (Azzaino, 1981).
5.    Saluran dan Lembaga Pemasaran
Peranan pemasaran dalam setiap gerak usaha dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar diperlukan peningkatannya. Kegiatan pemasaran akan dapat diberikan nilai tambah pada setiap barang yang dihasilkan. Dalam fungsi bisnis permasalahan mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan yang belum dipenuhi sekarang dan mengukur berapa besarnya, menentukan berbagai produk, jasa dan program yang tepat melayani pasar tersebut. Jadi pemasaran berperan sebagai penghubung antara kebutuhan – kebutuhan dengan pola jawaban dari industri yang bersangkutan.
           Kegiatan pemasaran produksi pertanian mengikuti beberapa proses seperti pengumpulan pengembangan dan penyebaran. Untuk memperlancar penyampaian barang dari produsen ke konsumen, peran lembaga pemasaran adalah sangat penting. Lembaga permasaran adalah organisasi yang turut dalam proses pemasaran mulai dari produsen sampai konsumen akhir ( Kartasapoetra 1986 )
Saluran pemasaran adalah rantai pengaliran produk dan hak milik dari produsen ke konsumen, bentuknya dapat sederhana, dapat pula kompleks sekali tergantung dari macam komoditas dan sistem pasar serta orang atau badan yang menyelenggarakan pengaliran barang dan jasa melalui saluran pemasaran ( Soekartawi 1987 )       
Penyaluran hasil produksi cabai hampir serupa dengan penyaluran pertaniaan yang lain. Secara fisik penyaluran itu dibagi dalam tiga cara yaitu ( Swasta 1979 ) :

a.    Penyaluran langsung
Pada sistem ini produk cabai rawit tidak melalui pedagang perantara.
Pengusaha produsen cabai rawit langsung menjual hasil produksi cabai rawit kepada konsumen.
Pengusaha produsen                 konsumen
b.   Penyaluran semi langsung
Pengusaha produsen cabai rawit menyalurkan hasil produksinya kepada pedagang eceran. Disini sudah terlihat peranan pengusaha perantara (pedagang eceran). Pengusaha produsen              pedagang pengecer                       
             konsumen
c.    Penyaluran tidak langsung
Pada sistem ini sudah banyak jenis pengusaha perantara yang berperan. Cara  penyalurannya tergantung dari jenis dan sifat serta sasaran pemasaran cabai rawit itu. Semakin jauh jarak konsumen akan semakin panjang dan rumit jalur tata niaga yang harus dilalui.
1.   Pengusaha produsen                    pedagang pengumpul                 
pedagang besar                 pedagang pengecer                       konsumen
2.   Pengusaha produsen                    cabang super market                   super marketing                 konsumen.  
3.   Pengusaha produsen                     pedagang pengumpul                   pasar  khusus                 konsumen.
Lembaga pemasaran dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan tahapan dan dalam proses pemasaran yaitu ( kartasapoetra  1986 ):
1.   Pedagang pengumpul yaitu pedagang yang membeli hasil-hasil pertanian dari petani  / produsen, kemudian hasil- hasil itu dikumpulkan pada satu tempat atau beberapa tempat dijual kepada pedagang lain.
2.   Pedagang menerima dan menyebar yaitu pedagang yang membeli barang dalam jumlah besar dari pedagang - pedagang pengumpul, kemudian barang itu disimpan untuk kemudian dijual kepada pedagang pengecer disebut pedagang penyebar. Sedangkan mereka yang tidak  langsung menjual kepada pedagang pengecer disebut pedagang penerima.
Selain pedagang – pedagang tersebut diatas, masih dijumpai beberapa jenis pedagang perantara antara lain seperti ( Kartasapoetra. 1986 )
1.   Makelar, yaitu pedagang perantara yang dapat menghubungkan pembeli  dan penjual
2.   Komisioner yaitu pedagang perantara yang diberi kepercayaan untuk menjual atau membeli suatu barang dari suatu usaha
3.   Pelelang yaitu pedagang perantara yang menyediakan tempat dan kesempatan bagi pembeli   dan penjual
4.   Pedler yaitu pedagang keliling.
6.    Biaya dan Keuntungan (Share) Petani
Biaya pemasaran adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pemasaran. Tinggi biaya pemasaran dan pengaruh terhadap harga eceran           (harga konsumen dan harga pada tingkat produsen sehingga akan berpengaruh pada keuntungan yang diterima oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran ) ( Saefuddin 1985 ).
Biaya pemasaran dapat diperkecil dengan cara  ( Saefuddin 1985 )
1.      Mengoptimumkan jumlah lembaga pemasaran yang menyelenggarakan fungsi - fungsi pemasaran
2.      Memeperbaiki cara kerja dari tiap lembaga pemasaran, misalnya self service dan iklan yang baik
3.      Menyederhanakan suatu barang.
 Keuntungan  ( share ) petani adalah selisih antara harga penjualan dengan biaya pemasaran. Bila nilai penjualan tinggi dengan biaya pemasaran rendah, maka keuntungan ( share ) petani akan tinggi, demikian pula sebaliknya.
Usaha perbaikan pemasaran dan keuntungan  ( share ) petani, akan dapat memperkecil margin pemasaran sehingga dapat mempertinggi efisiensi  pemasaran ( Saefuddin 1985 )
7.    Margin Pemasaran
Margin pemasaran adalah perbedaan harga yang diterima petani untuk suatu komoditas tertentu dengan harga yang dibayar oleh konsumen akhir pada jumlah yang sama. Margin pemasaran juga dapat diperoleh  dari penjumlahan seluruh biaya pemasaran yang dikeluarkan dengan keuntungan yang diperoleh ( Limbong dan Sitorus  1987 )
Margin pemasaraan meliputi semua biaya dan keuntungan pemasaran yang menggerakkan produk mulai dari petani sampai konsumen akhir. Margin pemasaran dapat diperkecil dengan cara mengurangi biaya pemasaran dan keuntungan yang berlebihan ( Saefuddin 1981 ). 
Keuntungan lembaga pemasaran sering dikatakan sebagai unsur pokok yang menyebabkan tingginya margin pemasaran yaitu sebagai akibat terlalu banyak dan tidak efisiennya pedagang perantara didalam saluran pemasaran yang ada.
Sifat umum margin pemasaran adalah sebagai berikut ( Azzaino 1981 ) :
1.      Margin pemasaran berbeda - beda antara satu komoditi hasil pertanian dengan komoditi  lainnya
2.      Margin pemasaran produk pertanian cenderung naik pada jangka panjang dengan menurunnya bagian harga yang diterima petani
3.      Margin pemasaran relatif setabil pada jangka pendek terutama hubungannya dengan fluktuasi harga produk pertanian.
8.    Efisiensi Pemasaran
Efisiensi pemasaran adalah perjalanan produksi dari produsen serta mata rantai dalam lembaga pemasaran kepada konsumen dengan harga yang wajar tanpa merugikan kepentingan berbagai pihak yang ikut dalam kegiatan pemasaran ( Nitisemito, 1981 )
Mubyarto ( 1986 ) mengatakan bahwa suatu pemasaran akan efisien apabila memenuhi dua sarat yaitu ;
1.      Mampu menyampaikan hasil - hasil dari produsen ke konsumen akhir dengan biaya serendah - rendahnya
2.      Mampu membagi hasil yang adil dari keseluruhan harga yang dibayarkan konsumen akhir kepada semua pihak yang terlibat didalam kegiatan produksi dan tataniaga tersebut.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya efisiensi pemasaran (Kartasapoetra et al, 1986):
1.      Persentase kerusakan atau penyusutan yang tinggi dalam proses pemasaran
2.      Sistem informasi yang belum memadai, sehingga pengelolaan pemasaran belum dapat dilakukan dengan baik.
3.      Sifat pasar yang oligopsoni, sehingga harga diatur oleh sebagian kecil pedagang besar
4.      Sistem standarisasi yang belum berkembang, sehingga akan dapat menyulitkan transaksi dan menimbulkan biaya yang cukup besar.
5.      Biaya angkutan yang tinggi, terutama antar pulau juga dirasa sulit dan mahal sehingga wilayah pemasaran menjadi sangat terbatas.
 Efisien atau tidaknya suatu pemasaran dapat diketahui dari besarnya harga yang dikeluarkan pada setiap saluran pemasaran dan mata rantai pemasaran, serta besarnya keuntungan yang diambil oleh setiap lembaga pemasaran dalam mata rantai pemasaran. Semakin panjang mata rantai pemasaran atau semakin banyak saluran yang diterima oleh masing - masing lembaga pemasaran akan berbeda sesuai dengan biaya yang dikenakan. Akibatnya keuntungan yang diperoleh pada setiap lembaga pemasaran menjadi tidak sama ( Nitisemito,1981 )
Rosmilawati dan hayati ( 1996 ) menemukan beberapa alternatif saluran pemasaran beberapa jenis sayuran dataran rendah di Pulau Lombok sebagai berikut:
Saluran I  : petani – pedagang pengumpul – pedagang pengecer – konsdumen
Saluran II  : petani – pedagang pengumpul – pengecer – konsumen
Saluran III : petani – pedagang besar – pengecer – konsumen
Saluran IV  : petani – pengencer – konsumen
Saluran V   : petani – pedagang pengumpul – pedagang antar pulau
Dari kelima alternatif saluran pemasaran diatas, ternyata saluran pemasaran yang paling efisien untuk komoditas tomat dan kacang adalah saluran pemasaran III sedangkan untuk pemasaran bawang merah dan cabai rawit saluran yang paling efisien adalah saluran II. Hasil penilitian tersebut juga menyimpulkan bahwa semakin panjang saluran distribusi sayuran dataran rendah maka bagian harga yang diterima petani semakin kecil. Perubahan harga 1 % pada tingkat pengecer hanya akan menyebabkan perubahan harga sebesar 0, 7189 % pada tingkat petani.








BAB III 
METODOLOGI PENELITIAN

1.    Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik yaitu suatu metode yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang ada pada waktu sekarang dengan cara mengumpulkan data, menyusun, mengelola, menganalisa, mendeskripsikan dan menarik kesimpulan (Surakhmad, 1990).
2.    Unit Analisis
Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan budidaya cabe rawit yang berada di Desa Banjar Kecamatan Taliwang.
3.    Penentuan Sampel
3.1.    Penentuan Daerah Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Banjar Kecamatan Taliwang dengan mengambil 2 lokasi yaitu Dusun Pelam Lagi dan Banjar. Penentuan lokasi penelitian tersebut dilakukan secara purposive sampling atas dasar bahwa Dusun Pelam Lagi dan Dusun Banjar memiliki areal panen dan produksi cabai rawit lebih besar dibanding 2 dusun lainnya di Desa Banjar. Penelitian dilakukan selama dua bulan yaitu bulan April sampai bulan Mei 2013     



3.2.       Penentuan Jumlah Responden
Responden dalam penelitian ini adalah petani yang menanam cabai rawit di Desa Banjar yaitu Dusun Pelam Lagi  dan Dusun Banjar, jumlah petani responden  20 orang (80%) secara Quota sampling dari jumlah petani cabai  yang ada di Desa Banjar sebanyak 25 orang, selanjutnya penentuan responden lembaga pemasaran setelah produksi ( pedagang pengumpul, pedagang pengecer dan konsumen ) yang dilakukan dengan metode “ Snowball Sampling “ yaitu menelusuri langsung lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran cabai rawit. Untuk lebih jelasnya dilihat pada bagan I berikut:
Desa Banjar
Dusun Pelam lagi
Dusun Banjar
N = 10
N = 20
N = 10
 

4.       





            Gambar 1. Skema penentuan daerah penelitian dan petani responden
5.    Jenis dan Sumber Data
5.1.      Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif adalah data dalam bentuk angka-angka seperti harga cabai, jumlah produksi cabai rawit dan lain-lain. Sedangkan data kualitatif data bukan dalam bentuk angka seperti saluran pemasaran cabai rawit, lembaga pemasaran cabai rawit.

5.2.    Sumber Data
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, data primer yaitu data yang diperoleh dari petani sebagai produsen, pedagang yang terlibat dan konsumen dengan wawancara berdasarkan daftar pertanyaan yang disiapkan.
Data skunder yaitu data yang di peroleh dari institusi yaang berhubungan dengan penelitian ini ( Kantor Desa Banjar, BPP Taliwang, BPS KSB, DISHUTBUNTAN KSB dan lain- lain )

6.    Variabel dan Cara Pengukurannya
Pengamatan dilakukan terhadap petani yang berusahatani cabai kecamatan Taliwang Desa Banjar yaitu Dusun Banjar dan Dusun Pelam Lagi yang meliputi wawancara langsung dengan responden. Beberapa variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Jumlah produksi adalah besarnya hasil produksi cabai yang dijual oleh petani produsen, dinyatakan dalam satuan kilogram
2.      Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses pemasaran cabai dari petani produsen sampai ke konsumen akhir dinyatakan dalam satuan rupiah / kilogram
3.      Harga jual adalah harga cabai pada tingkat produsen dan lembaga pemasaran yang melaksanakan kegiatan penjualan cabai dinyatakan dalam satuan rupiah.
4.      Harga beli adalah harga cabai pada tingkat konsumen akhir dan lembaga pemasaran yang melakukan pembelian cabai dinyatakan dalam Rp/ Kg
5.      Keuntungan pemasaran adalah keuntungan yang diperoleh dari kegiatan pemasaran
6.      Saluran pemasaran adalah mata rantai pemasaran yang ditempuh dalam upaya memindahkan produk dari produsen ke konsumen
7.      Margin Pemasaran adalah perbedaan harga ditingkat produsen dengan harga ditingkat konsumen pada produk yang sama dinyatakan dengan rupiah.
7.    Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik survey yaitu wawancara langsung dengan responden didaerah penelitian dengan berpedoman pada daftar pertanyaan. Data yang akan dikumpulkan disusun, diolah dan dianalisis adalah tentang pemasaran cabai rawit di Desa Banjar Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat.
8.    Analisis Data
1.      Analisis saluran pemasaran
Untuk mengetahui gambaran mengenai saluran pemasaran  cabai di Desa Banjar yaitu dengan menelusuri lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran komoditi cabai mulai dari tingkat petani produsen sampai pada konsumen akhir.
2.      Analisis Efisiensi Pemasaran
   Untuk mengukur efisiensi pemasaran cabai pada beberapa saluran pemasaran cabai di Desa Banjar digunakan dua indikator yaitu : margin pemasaran dan share petani ( keuntungan ) kedua indikator tersebut dapat diukur dengan rumus sebagai berikut :
a.       Margin pemasaran adalah merupakan selisih harga jual ditingkat produsen dengan harga yang dibayar oleh konsumen akhir.
Untuk menghitung besarnya margin pemasaran cabai rawit di Kecamatan Taliwang, digunakan rumus sebagai berikut ( Azzaino , 1981 ) :
               Mp = Pr – Pf atau Mp = ∑ ci + ∑ πi
Keterangan :
                      MP  = margin pemasaran
                       Pr   = harga ditingkat konsumen
                       Pf   = harga ditingkat petani
                       C    = biaya
                       π    = keuntungan
jika semakin kecil margin pemasaran, maka saluran pemasaran dikatakan efisien.
b.      Share petani adalah selisih antara harga penjualan dengan biaya pemasaran
Besarnya share  harga yang diterima petani dihitung dengan rumus sebagai berikut :
      

Dimana :
          Pf = Harga ditingkat Petani
          Pr = Harga ditingkat konsumen
          X  = Share harga yang diterima petani
Jika share yang diterima petani ≤ 100% maka saluran pemasaran dikatakan efisien.














DAFTAR PUSTAKA

Azzaino, z, 1981. Pengantar Tataniaga Pertanian. Departemen ilmu-ilmu Sosial Ekonomi       Fakultas Pertanian IPB. Bogor.220-221h.
BPP Taliwang 2013 Program Penyuluhan Kec.Taliwang.Taliwang
Kartasapoetra, G , Kartasapoetra, A,G,Kartasapoetra,R,G,1986.Marketing Produk- Produk pertanian Dan Industri. Bina Aksara. Jakarata. 430 h.
Limbong,W,H, dan Sitorus, P, 1987.Pengantar Tataniaga Pertanian. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. IPB.Bogor.183 h.
Mubyarto,1986. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta
Nitisemito,A,S,1981. Marketing.Ghalia Indonesia. Jakarta. 234- 238 h.
Purwoto A,R.Sayuti, dan D.M.Arsjad,1993.Persepektif Pengembangan agribisnis Dalam T. Sudaryanto. Pengembangan Agribisnis Cabai Di Indonesia.Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian.Bogor.
Rahmat Rukmana, dan Yuyun Yuniarsih,1998 Budidaya Cabai dan Pascapanen.Penerbit Kanisius
Rosmilawati dan Hayati,1996. Kajian Sistem Pemasaran Berbagai Sayuran Dataran Rendah Di Pulau Lombok. Dalam journal AGROTEKSOS Volume 6 nomor 1, Edisi April 1996.Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
Swasta,B,1979.Saluran Pemasaran.Fakultas Ekonomi.Universitas Gajah Mada Yogyakarta.Yogyakarta. 143 h.

Saefuddin,A,M.,1981.Metode Analisis Pemasaran Komoditi Pertanian.Dalam Majalah Pertanian.No.3.Tahun 1981 / 1982. Departemen Pertanian.jakarta.
             ,A.M.,1985.Tataniaga Pertanian.IPB.Bogor.
Simanjuntak,P,J,1985. Pengantar Ekonomi dan sumber Daya Manusia. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi .UI.Jakarta.135 h
.Sumarno,Darman M. Arsjad, Rodiah dan Ono Sutrisno,1986. Cabai Variates Unggul Baru Untuk Tegalan dan Bekas Sawah, Dalam Buletin Penelitian No 3. Balitbangtan Pangan Bogor.
Soekartawi,1987.Seuntai Usahatani Indonesia.Rajawali.Jakarta.1988. Prinsip dasar Komunikasi Pertanian.UniversitaIndonesia.Press.Jakarta.113 h.
Winardi , 1980.Azas- azas Marketing. Penerbit Alumni. Bandung.464 h.
http:// zaythecllas.blogspot.com
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar